Wednesday, July 30, 2008

Thailand, free land - Day 5

Day 5

Alarm berbunyi jam 6 pagi, serta ada alarm tambahan dr Tina yg membangunkan gue dan Lilo. Hoaaa…
Setelah berberes, kita menuju lobi hotel untuk meminta kupon makan pagi utk 2 orng. Sebnarnya Lilo booking hotel baru untuk besok, tapi karena pertimbangan dia pulang lebih awal, dia dpt courtesy utk makan pagi hari ini, sementara aku nunggu di lobi hotel sambil baca majalah. Gak masalah…. U can eat everywhere here in Bangkok..cieeh.

Ayuthaya

Hari ini kita berencana utk pergi ke Ayuthaya, mengunjungi Istana musim panas Raja, Bang Pa In Palace dan puing-puing candi di Ayuthaya. Baru besok akan mengunjungi Grand Palace….save the best for last hehe. Kita nanyain stasiun bis utk ke Ayuthaya ke resepsionis yg kini digantikan resepsionis cewe. Mukanya rada jutek tapi sebenarnya tegas. Dia sedikit berpromosi dan mancing2 untuk menggunakan tur dr hotel, tapi kita secara halus menolak. Alhasil dia jadi ogah2an dan gak jelas ngasih tau stasiun bis ke Ayuthaya.

Menurut peta, bis ke Ayuthaya bisa naik dari stasiun yg deket Chatuchak market. Tapi kali ini gue, Tina dan Lilo menggunakan BTS hingga pemberhentian terakhir yaitu, Mo Chit Station, dgn tiket seharga 35 THB. Pilihan hotel cukup tepat karena deket dgn stasiun BTS Thong Lo, dimana gue mulai merasakan lapar dan memutuskan membeli Roll Cake di stasiun seharga 15 THB atau sekitar Rp. 4,500.-. Lumayan buat bekal dijalan…
Di stasiun BTS Mo Chit kita mulai terserang kebingungan arah menuju stasiun bis-nya. Petugas di stasiun BTS menginformasikan “Take butt 144 …” walaupun terasa aneh tp kita sudah mulai terbiasa mendengar kata butt ini maksudnya bus atau bis. Kita keluar stasiun dan menunggu di halte seberang stasiun BTS tersebut. Semua bis yang lalu lalang tampak kacau, somehow pemandangan ini familiar bgt kyk di Indonesia, ya udah kemampuan ngejar2 bis yang udah terlatih terpakai kembali.

Dengan membayar + 8 THB dan 10 menit perjalanan, kita kembali menapaki stasiun bis Mo Chit dan langsung mencari bis jurusan Ayuthaya. Tiket dikenakan biaya 56 THB dan tertera nomor 113 di tiketnya. Walaupun sebelumnya sudah pernah menaiki bis dari stasiun ini, tapi kita masih saja kebingungan mencari bis yang akan dinaiki. Nomor 113 yang tertera bukan merupakan nomor bis-nya, melainkan nomor jalur bis yang kita naikin, yang seperti diduga semua jalur tertulis secara tidak beraturan.

Selama sekitar 1,5 jam perjalanan Bangkok-Ayuthaya, kita gunain dengan tidur dan tak lupa mengunyah roll cake stasiun yang ternyata rasanya enak banget spt buatan toko2 kue mahal di Jakarta, pdhal harganya hanya + Rp. 4,500.-.

Pukul 12.30-an bis menepi di hook jalan yang kita pikir hanya untuk ngetem ga taunya itu pemberhentian terakhir bis tersebut. Semua penumpang turun dan terlihat tampang kebingungan mereka, termasuk kita sebenarnya. Beberapa bule ada yang jalan dan ada pula yang naek tuk tuk. Kita pun didekati beberapa bapak2 menawari jasa tuk tuk. Awalnya kita cuekin karena berpikir halah tipuan lagi neh, tapi kita mulai tertarik dan menyetujui ketika seorang bapak tukang tuk tuk menawarkan 1000 THB untuk tur all-in keliling wat atau candi-candi beserta Bang Pa In Palace.

Kita menaiki tuk tuk yang saat itu lebih mirip bemo kebuka menuju Bang Pang In. Jalur yang diambil bapak itu banyak melewati kebun atau ladang tapi sedikit gersang. Sebelumnya kita bayangin lokasi pintu depan istana setidaknya seperti istana Bogor ga taunya lebih mirip pintu depan rumah gede di perumahan gitu. Memang konon jaman dahulu para raja dan ratu Muang Thai serta keluarganya lebih sering memilih jalur sungai Chao Phraya untuk berlibur ke istana musim panas ini.

Biaya masuk istana ini sebesar 150 THB dan silahkan muter-muter kompleks sepuasnya, selain itu barang2 tertentu, bahkan termasuk tripod Tina, ditahan sementara tidak boleh dibawa masuk ke kompleks. Alhasil saat kita ingin berfoto bertiga kalo ga ada orang, kita menggunakan tembok kecil ato tempat datar disekitar kompleks yang bisa digunakan sebagai pengganti tripod hehe…kasian amat.


Bang Pa In Palace

Setelah puas berfoto dan menambah hitamnya kulit, kita melaju..hmm…tepatnya dibawa melaju menuju kompleks puing-puing candi di Ayuthaya. Dimulai dari Wat Yai Chaya Mongkol (entrance fee 20 THB) yang juga terdapat reclining Buddha, Wat Phra Si Sanphet (entrance fee 20 THB) yang terdapat patung Buddha besar banget dan terakhir Wat Mahatat (entrance fee 35 THB) yang terdapat kepala Buddha nempel di pohon atau Bodhi Tree. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kompleks candi jadi ada beberapa candi yang terlewatkan, salah satunya Wat Rachaburana.
Sekitar pukul 15.00, kita pulang balik ke Bangkok dengan menggunakan bis serupa waktu berangkat sebelumnya. Mulai terserang lapar hebat, setibanya di stasiun bis Mo Chit Bangkok, kita memutuskan makan disekitar stasiun yang (lagi2) mirip stasiun kampung rambutan di Jakarta. Sedikit bronx sih tapi apa daya lapar.

Chao Phraya River

Rencana selanjutnya pengen dinner di sepanjang sungai Chao Phraya (what?? Baru makan pingin dinner lagi???). Kita memutuskan naek MRT dari Chatuchak Park MRT Station menuju stasiun terakhir di Hua Lampong Stasiun. Ujung ke ujung….wuiih. Menurut informasi hari kedua dari seorang bapak di Lumphini Park, kita setelah dari stasiun itu kita harus naek tuk tuk menuju pier atau dermaga kapal terdekat, yaitu Si Phaya Pier (Pier # 3). Setelah tawar menawar dengan tukang tuk tuk, kita dibawa ngebut menuju pier tersebut. Ternyata kita merasakan kebenaran iklan visa James Bond Pierce Brosnan naek tuk tuk..mirip banget kyk di iklan itu. Ngepotzz…

Di pier dimaksud pukul 18.30 sudah penuh dengan orang yang bermaksud ikut cruise sepanjang Chao Phraya River. Kita menanyakan mbak2 disitu dan mendapat jawaban biaya cruise sekitar 1400 THB per orang dan sudah full baru bisa besok. Dua2nya bukan jawaban yang menyenangkan. Setengah putus asa kita hanya bisa hang out disitu beserta berusaha mencari alternatif lain. Di tengah keputusasaan kita malah berkenalan dan ngobrol dengan 1 keluarga bertampang Arab yang mendekati kita, sembari bertanya “Are you a Muslim?.” Mungkin karena melihat Lilo satu-satunya yang berjilbab di tengah kerumunan orang disitu. Keluarga tersebut orang Mesir yang tinggal di Amerika dan suka jalan-jalan, dengan kemampuan sotoy kita, kita menganjurkan tempat2 mana saja yang recommended untuk dikunjungi di Thailand (pdhl kita sendiri lg kebingungan mo kemana pake sotoy segala hihihi) dan sedikit promosi untuk berkunjung ke Indonesia. Cieeh duta terselubung…

Rampung ngobrol dengan mereka kita malah berpikir cepat dan mendapat ide. Kita menangkap diseberang pier ada Yok-Yor Marina Restaurant, yang menurut referensi yg kita dapat waktu di Jakarta, merupakan salah satu organizer dinner cruise yang harganya masih terjangkau. Hmm..but how to get there?
Sedikit sok tau plus nanya2 jg, kita naek ferry ke seberang dgn biaya 9 THB (yang ibu2 penjual tiket jutek abis). Setelah diseberang malah bingung harus kemana karena kok malah ketemu pasar kecil gitu. Nah lhoo…

Jalan dengan pede plus ketakutan – karena pasarnya yg bronx dan juga melalui jalan kecil yang sepi dan banyak anjing menggonggong hiiii – akhirnya nemu juga tuh restoran dan langsung mendekati front desk dan disambut ncik2 tua (kok mirip mamih mamih err…you know lah hehe). Dia menjelaskan biaya dan jam brangkat kapal, dan akhirnya kita setuju makan disitu yang biayanya 420 THB (excluding dinner) dengan prinsip sekali2 fancy dinner hehehe.

Perjuangan sebenarnya ga berhenti disitu. Niat pengen sudah bisa santai bener aga buyar karena ternyata pelayan dan bahkan managernya susaah banget ngomong bahasa Inggris, jadi kesulitan memesan makanan walaupun udah menunjuk menu yang juga ada tulisan bahasa Thai-nya.
Alkisah Lilo memesan Salad Mangga yang setidaknya sudah terkenal seantero Asia Tenggara, tapi pelayannya gak ngerti2. Bahkan Lilo sudah menunjuk menu dan menyebutkan bahasa Thai-nya Ya Mamuang yang konon artinya (salad) Mangga. “Oooh…mamuang!” kata pelayan dan manager seraya tersenyum, ya kita jg tersenyum…fiuuh ngerti. Makan dan makan sambil nikmatin udara malam di sungai, tapi kita berpikir nih salad kok ga keluar2 sih?? Pas kita tanyain ke pelayan…kucluk kucluk…keluarlah dia dengan piring yang isinya.......ketan + santan kental + MANGGA!! Whattt????? Trnyata tadi dia jg ga ngerti…huaaaaa.
Untung banget makanan itu (yang ternyata desert makanya ga dikeluar2in..huh) enaak jadi ya puas jg sih…*senyum kecut2 manis*.

Oiya, cara pemesanan makanannya juga cukup unik. Jadi pas kita baru nyampe dikapal, seperti biasa kita dikasi menu makanan. Dan berhubung kita kudu cari2 makanan yang tidak ada porknya, jadi waktu baca2 menunya jadi lebih lama. Dan selama kita belum menemukan apa yang kita mau makan, pelayan nya ada kali udah lebih dari 5 kali menyambangi meja kita, nanyain mau mesen apa. Akhirnya setelah kita dapat (juga) apa yang mau dipesan, standard sih taunya tom yam hehehe… Abis itu kapalnya langsung bergerak meninggalkan piernya dan mulai berjalan menyusuri sungai… eyalaaaaah pastesan ditungguin dari tadi, ternyata kalo kita ga mesen2, ya kapalnya ga jalan2…hihihi…mungkin ga semua menu bisa dibuat di kapal kali yah, jadi harus ambil ke dapur di restonya. Hihihihihihihi ya maaap mana kita tau!
Tapi secara keseluruhan, lumayan enak dinner disepanjang Chao Phraya River, yang juga dikenal sebagai The Venice of the East. Asal ga hujan aja hehehe.
blurry Chao Phraya River...hihi

No comments: